Pencarian Korban di Cikangkareng Hari Ketiga Nihil
CIANJUR, KOMPAS.com - Pencarian korban gempa dan timbunan longsor oleh tim Search and Rescue serta gabungan warga dan aparat keamanan di lokasi gempa dan tanah longsor Desa Cikangkareng Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur Jawa Barat sepanjang hari ini, Jumat (4/9), nihil.
Belum ada tambahan jumlah korban yang berhasil dievakuasi dari balik bebatuan besar yang memenuhi desa dan lahan pertanian seluas lima hektar ini pascagempa.
Menurut data di Posko Utama Bencana, jumlah korban yang berhasil dievakuasi adalah 25 orang. Seluruhnya telah tewas saat ditemukan. Dengan demikian, ada sekitar 30 korban lagi yang belum ditemukan karena tertimbun longsoran tanah yang mengikuti peristiwa gempa tektonik berkekuatan 7.3 SR yang berpusat 142 km di barat daya Tasikmalaya.
"Hari ini belum ada tambahan korban lagi. Yang 25 itu hasil evakuasi hari pertama dan kedua," tutur Indah, petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Cibinong kepada Kompas.com, Jumat (
Evakuasi hari ini dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 17.30 sore ini. Rencananya akan dilanjutkan kembali besok pagi. Nihilnya pencarian hari ini membuat Kosasih (38), warga Cikangkareng, kecewa.
Diperkirakan istri dan ketiga anaknya tewas dalam bencana ini. Namun, jasadnya belum ditemukan. Hanya sepeda motor putra sulungnya yang bisa ditemukan tim pencari korban hari ini. "Saya harap bisa ketemu. Supaya saya bisa melihat mereka," tutur pria yang akrab dipanggil Engkos ini sendu.
-----------------
JAKARTA, KOMPAS.com - Terorisme di Indonesia bagaikan mati satu tumbuh seribu. Cara yang ampuh untuk menyelesaikan masalah terorisme bukanlah dengan kekerasan, melainkan melalui pendekatan sosial budaya.
"Terorisme tidak bisa dilawan lagi dengan kekerasan, ada banyak pendekatan yang harus digunakan," ujar Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono, di Jakarta, Jumat (4/9).
Ia menilai, pendekatan sosiokultural dengan berbagai pihak akan ampuh mengatasi terorisme. Pasalnya, pendekatan sosiokultural lebih dapat diterima masyarakat. Dengan pendekatan itu, masyarakat merasa tidak terintimidasi.
Dikatakannya, penanganan terorisme harus dimulai dari akar rumput. Sebab, masyarakat dari kalangan bawahlah yang sering dijadikan sasaran untuk menjadi pengikut jaringan terorisme.
Mantan Kepaala Densus 88 Mabes Polri, Suryadarma juga berpendapat serupa. Ia menilai, membersihkan terorisme harus menggunakan cara yang santun, yaitu dengan pendekatan kebudayaan. Para pemuka agama dan kebudayaan juga harus membantu usaha tersebut.
"Misalnya kita melawan terorisme dengan menulis buku, terorisnya tidak ada yang mau baca," ucapnya.
(Berita - brita ini dari Kompas.com)
No response to “BERITA NUSANTARA”
Post a Comment