PANTUN
Berhari raya di Kota Gelenggi,
Makan lemang buluh pelang;
Hati dinda tidak berbelah bahagi,
Siang malam kenangkan abang.
***
Pagi raya di Felda Kota Gelenggi,
Di sisi pusara wira persilatan Melayu,
Duduk sersimpuh janda muda,
Bersama tiga anaknya,
Dua perempua satu lelaki,
Semuanya yatim – kehilangan ayahanda.
Jari jemarinya mengeletar mencabut rerumput atas pusara,
Air jernih tumpah dari dua telaga matanya,
Luruh,
Basah,
Ruah,
Lalu menjadi sungai kecil,
Banjir – tsunami - air mata.
“ ... bang, demi Allah,
Demi cinta kita,
Demi anak – anak kita,
Dinda tak akan meluntur cinta kita,
Dinda takakan memilih mana – mana lelai,
Mengganti kanda,
...kita akan bertemu di syurga,
Cinta dinda pada Allah,
Pada Kanda.”
Gadis kecil – puteri bongsunya,
Menyirai butir – burit pasir atas pusara,
Suara hiba dari celah bibirnya,
“Ayah, kami rindukan ayah,
...ayah, aya ..., bila ayah nak balik,
Emak menangis...”
No response to “SASTERA MELAYU”
Post a Comment